Selasa, 30 Juni 2009

forever


malam ini,di tengah kesunyian dimana semua orang telah terlelap tertidur dan terbawa oleh mimpi mereka aku tetap duduk bertengger di pinggir jendela kamarku. aku tak tahu apa yang aku fikirkan apa yang ingin aku raih, dan apa yang kini aku perbuat. aku melepasnya dan aku tak tahu mengapa. aku menghempasnya sejauh mungkin dari tubuh ini. meski sesungguhnya hati tak ingin. dan tersungging beban yang begitu berat di dalam jiwa" yang mendera namun aku letih,aku lelah menghadap ke sebuah dunia. aku tak sanggup lagi berjalan tanpa arah aku selalu teringat semua kata" mu yang selalu terngiang dalam denyut nadiku aku tak pernah ingin melepasmu dari pandangan mata ini. sejauh mata memandang aku berjanji akan terus memperhatikanmu melihat langkahmu satu demi satu. bukan berarti di saat aku tak lagi ada dihadapanmu aku hilang dari pemantauanku tentang kamu aku tetap ada di suatu tempat, di satu celah yang tak dapat kau jangkau tapi kamu harus percaya dan berikan aku waktu untuk aku sendiri dan membiarkan rasa pada diri ini menghapus segala rasa yang telah terlewat menghapus segala untaian masa lalu yang disebut kenangan dan menyadari bahwa semua itu telah berakhir aku tak akan pernah marah padamu karena aku tahu selamanya kamu tetap hidup dan tumbuh dari sela sela di dalam pori" dan rongga bagian terdalam yang tak dapat terlihat oleh mata.

expectation

aku membaca 1puisi yang membuatku terlena.

In this world you tried.
Not leaving me alone behind.
There's no other way.
I prayed to the Gods let him stay
The memories ease the pain inside
Now i know why?

between us


Kamu tahu apa yang kini mendera pemahamanku.
Aku tak lagi dapat menulis kata" indah bak sang penulis.

Aku yang kini hanya merapatkan diri,

dan betengger pada satu ranting yang menopangku.
Aku melihat bulan dengan pudar
sebuah sinar kuning yang pucat pasi

aku melihat sebagian pekat menutupnya

awan kelam mendekap sinar keemasannya

Tak berani berjalan dengan mata terbuka
Aku sadar satu asa yang kini milikku
Setelah jarum pasir habis

aku harus melepasnyaaaa jauuuu..

Menghempaskan dia dari fikirku.

Sudah cukup rasanya tersakiti

Tak perlu lagi bertahan di tengah dunia

Yang hanya membawa luka" pada jiwa nan sepi.
Setelah malam ini berlalu,

tiada lagi ukiran ukiran diantara kita
relung hati itu sudah tak menerimanya

menganggap segalanya telah mati.

Diriku dan dirinya,
kini ada dan terbentang
dalam pemisah
sebuah bentang dunia
berada di perbatasan cakrawala.
Aku berjalan menapaki sang air,

dari sebuah perbatasan di antara tumpukan terumbu.

Dia berjalan membelakangiku menuju daratan,

ke tempat yang di sebut dataran.

Bentangan dan jurang yang begitu jauh

membuat sebuah jembatan yang kini hancur

melepas sebuah relasi yang telah terpahat

mengendapkan sebuah rasa pedih tak terucap.

Ucapan lirih yang masih terngiang,
menyisahkan 2hati yang kini luluh,

dan jangan bicara lge tentang masalalu,
karena kini kita telah berada di 2dunia.





Dahulu aku yang berjalan dalam mimpi
berharap aku tak akan pernah terbangun
mengambil 1 langkah
dan tak ingin membuang waktu

mengikuti sang dunia bawah sadar
akan sebuah harapan yang kini terserak

menyisahkan hati yang terpecah.

Tak pernah berhenti pada 1 goal di depan sana
hanya untuk melihat sang dunia dari atas langit
memandang sang perhiasan yang menghiasai malam.
Aku hanya ingin melihat
apa yang telah kita lalui,
dan apa yang bisa kita lakukan
untuk mengikuti sebuah mimpi di hadapan kita.



Brigitta Camellia Tan