Jumat, 19 Juni 2009

Seasons


why? every child like winter? and have a dream about white xmas,right???


SPRING,SUMMER,AUTUMN,WINTER..

Semua musim itu tetap harus kita lewati. saat kecil aku suka winter,dan ingin hidup dalam negara penuh salju bermain bersama santa claus,tapi entah mngapa stelah usiaku bertambah.
Rasanya autumn jauh lebih indah. winter,di musim ini tak ada tumbuhan yg tumbuh bukan? apa indahnya sebuah dunia tnpa pemandangan alam? hnya ada gumpalan" es.

sejauh pemahamanku kni. disaat autumn itu tiba,aku seakan berjalan bersma daun yg berjatuhan itu. disekelilingku penuh pohon besar yg sedang melepaskan kesesakan dan menumpahkan beban itu terbawa oleh angin terbang dan berlalu.
bila aku bisa menjadi sebuah pohon di musim gugur,bukankah itu menyenangkan? melepaskan kesesakkan dlm diri yg mengikatku. bukankah angin yg akan membawanya terbang dan hilang bersama hari dan waktu.
di autumn daun berubah warna,seperti keadaan manusia yg sering berubah". terkadang penuh kenyamanan dan membuat kita terlena hingga tertidur tak menatap dunia yg telah siap menanti kita..


Hijau warna dari lambang autumn. krna daun itu bewarna hijau. hijau begitu fresh dan damai.
menawarkan sebuah kesejukan pada hati ini.adanya setiap kerinduan untuk terus merasakan kedamaian di balik tumpukan dedaunan yg terserak. bewarna hijau kekuningan serta merah merona karna cahaya.indahnya autumn..

Fairytale


Apakah dongeng itu benar ada? Bolehkah aku hidup dalam dongeng? dongeng yg slalu memiliki happy ending..


kalau aku boleh hidup dalam dunia dongeng.aku mau,sungguh! tapi bila aku terus berkhayal dan bermimpi menjadi putri seperti dongeng. bgaimna khidupan nyta yg hruz tetap kujalani dan akan tetap ada dan terus berlangsung?


tapi yang dunia katakan itu benar. hidup ini akan terus berjalan. kita tidak boleh hnya bermimpi,kpan terwujudnya. biarlah dongeng itu tetap ada. tapi mnjadi bagian laen dri khidupan ini. sebuah dunia yg berbeda dan takkan kita masuki. mgkn tiada akhir cerita cinta seindah dongeng. tapi tetap ada yg indah menanti kita,tpat pda waktunya.

Fairytales coming true. is it possible??
ever after,It may only be a wish away.. Each happy ending's a brand new beginning..


Akhir dari sebuah masalah,merupakan awal dari 1masalah yg baru. INILAH HIDUP..

short story


DI BALIK SETIAP KEGAGALANKU

untuk rasa kecewa di atas cermin


Tak ada dan takkan pernah ada seseorang yang mengertiku. Mereka selalu berfikir aku terlahir tanpa otak. Tak pernah tercipta satupun bakatku di dunia ini. Hidupku bagai dunia maya Aku tak mau mereka mengerti aku. Seorang yang tercipta dengan penuh kegagalan. Tak seperti dirinya cantik,penuh pesona,bakat dalam seni,olahraga,bahkan dalam bidang pasangan.

Senyum saja yang dapat kutaburkan disetiap perbincangan yang membicarakan perbedaan kami. Aku dipojokkan seperti tersangka di meja hijau. Mereka selalu berfikir bahwa Ranti dan Verdan menyayangiku,karena mereka orangtuaku. Tapi semua itu salah,mereka jauh lebih bangga bila dikira hanya memiliki 1anak bernama Diranti. Seorang anak cerdas bertahan di sekolah,cantik,penuh bakat. Walau sesungguhnya Diranti bukanlah anak mereka.

Diranti Rasaverdamata,nama yang tak asing di telingaku. Dia kakak sulungku. Aku tidak sedarah dengannya. Tapi dialah yang pungut bukan aku. Entah mengapa dunia lebih mencintainya dengan kelebihan yang ada pada dirinya dibanding aku. Dilihat dari nama Dira sudah jelas gabungan nama orangtuaku. Sedangkan aku seperti anak haram yang tak diinginkan. Razkia,singkat,padat,jelas terpercaya tanpa arti.

Dewa Zeus apakah masalaluku adalah seorang pembunuh? Apakah aku orang yang membuka kotak pandora sehingga segala keterbelakangan hidup ada di diriku? Mereka tak pernah berfikir betapa sakit diriku saat mereka memanggilku dengan sebutan Raca. Walau mereka bercanda, Raskia Cacat tetaplah bukan sebutan yang kuinginkan. Aku selalu ingin membuat mereka bangga. Tapi apa daya dari seorang mahluk lemah sepertiku disini.

Dira selalu ingin tampil mengalahkanku. Aku tak sanggup melawan bila bicaraku saja tidak lancar. Aku tidak pernah berlibur bersama keluargaku. Mungkin semua itu karena mereka malu memilikiku. Aku tak pernah banyak berharap dalam hidupku ini yang bisa kapanpun berakhir tanpa ada seorangpun yang mengerti.

“Raca,cepat selesaikan tugasmu,Lalu turun makan. Bila kamu lama,makan saja makanan sisa di dapur.” ucap ayah. “baiklah.” jawabku. Bila harus menungguku mungkin esok baru usai. Aku memang bodoh. Akhirnya aku makan dengan mbok Mar. “non,baru selesai?”tanyanya. Aku hanya menjawab dengan anggukan. Terkadang mbok Mar yang justru terlihat seperti ibuku. Mbok Mar yang selalu ada disisiku.

Umurku 15tahun tapi masih duduk dikelas 8. Terlalu sulit menghadapi semua ini. Aku tidak pernah dapat membaca dan menulis dengan sempurna. Tanpa sahabat karena mereka menganggapku “freak” atau apalah masalahnya. Yang jelas aku sebatang kara.

Aku tak pernah bergaul dengan siapapun karena mereka tak tercipta untukku. Yang ada mereka bisa ikut sial karena dekat denganku.

Aku pulang dengan rasa bahagia,dan mendatangi ayah. “yah,aku dapat nilai 6.”ucapku. “6?” “iya,aku hebat kan? Akhirnya aku berhasil mendapat angka 6.” Tiba-tiba tawaku menjadi tangisan. “au,,au.. sakit..” tangisanku memegangi tubuhku yang kesakitan karena pukulan ayah. Apapun yang kulakukan selalu membuat mereka marah dan tidak puas. Semua memarku diobati oleh mbok Mar.

“Razkia, ayah itu sayang ama kamu. Ayah mau kamu menjadi cerdas jangan malas. Liat kakakmu tak pernah ada angka di bawah 8. Malam ini kamu tidur di gudang dan renungkan kesalahanmu.” ucap ibu yang seakan menyalahkanku atas kekuranganku Kini ucapan itu membuat dadaku sesak dan sakit bahkan lebih sakit dari pukulan ayah. Yang dapat kulakukan hanyalah menagis di pinggir jendela gudang.

Hingga fajar aku belajar dan berjuang supaya mereka bangga padaku. Tiba-tiba air membasahi tubuhku. “bangun!!!” bentak Dira sambil menendangku. “Dasar lelet. Cepetan nanti aku telat,bodoh.” ucapnya. Ayah dan ibu pun datang. “ Yah,Dira berangkat duluan y? Nanti aku telat. Abiz Raca males bangun siang begini.” ucapnya meyankinkan. Ayah mengangguk. “Bagaimana denganku?” tanyaku. Mereka mengangkat pundak dan itu artinya aku harus naik kendaraan umum dan anak pungut itu naik mobil yang seharusnya adalah kepunyaanku.

Setiap libidoku mereka buat naik. Aku tetap tak dapat berbuat apapun. Aku harus akui semua yang mereka katakan adalah kebenaran tentang diriku. Entah rasukan apa ini? Aku harus melawan setiap sakit karena diriku sendiri. Mungkin dewa-dewa Yunani itu sedang datang untuk menghukumku.

Aku tak pernah mengerti setiap pukulan batin yang mereka beri dihidupku. Di suatu malam saat menjalani hukumanku karena mereka semua sedang berlibur dan aku hanya bersama mbo Mar di rumah. Kukuatkan seluruh sarafku untuk bertanya. “mbok.”ucapku. “iya,non. Sini!” jawabnya sambil memelukku. Andaikan aku bisa merasakan kelembutan itu dari wanita yang melahirkanku akan kurelakan seluruh yang kumiliki.

“Mbok,aku mau nanya. Mengapa mereka tidak menyayangiku?” tanyaku. Tiba-tiba mbo Mar menghela nafas panjang. “mbok,uda kerja dari mereka baru menikah bukan?” tanyaku hati-hati. “non,tidak akan pernah ada orangtua yang tidak menyayangi anaknya.”jawabnya. “tapi,,,”selaku. “mungkin uda waktunya non tahu tentang yang sebenarnya dari sosok Dira. Aku mengangguk. “Jadi,Dira itu adalah anak dari mantan pacar ayahmu dan kakak dari ibumu. Dalam malam kecelakaan mobil itu. Hanya Dira yang selamat. Akhirnya dirawat oleh ortumu karena saat itu mereka diduga susah punya keturunan. Setelah kelahiran kamu, Dira berubah menjadi pembangkang karena sadar dia anak angkat. Pada usia 3tahun,Dira mencoba bunuh diri. Semenjak kejadian itu mereka menjadi memanjakan Dira takut hal itu terulang.” cerita mbok.

Malam kemarin menjadi perbincangan yang sangat sulit kupahami. Pagi ini mereka kembali berlibur tanpa menyariku sesampai di rumah. Tanpa membawakan hadiah untukku. Setelah mengetahui fakta tentang Dira. Entah aku harus marah,sedih,senang,takut/apa? Andaikan kini aku yang kabur akankah mereka melakukan hal yang sama?

Dimalam itu aku ingin menenangkan jiwa ini dan pergi ke luar rumah mencari kesejukan angin malam.Aku duduk sambil memandang angkasa. “hai,kok malam-malam sendirian disini?”tanya seorang pria yang menepuk pundakku. “lihat bintang,mencari ketenangan jiwa. Kamu sndiri? Kamu siapa?”tanyaku. “Lagi pengen aj. Aku Vino. Kamu siapa?”tanyanya “Razkia.” Semenjak pertemuan itu. Kami menjadi dekat dan untuk pertama kali aku merasakan apa yang disebut kebersamaan. Rasanya aku kini memiliki sahabat.

Dialah seorang yang kini paling mengerti akan diriku. Ini kurasa hari kedua aku tertidur di ruangan yang entah milik siapa? Aku menginap di rumah anak lelaki itu. Malam itu hujan mengguyur kami dan aku terbaring setelah tetesan hujan itu membasahiku. Ayahnya adalah dokter. Akhirnya mereka mengerti akan apa yang selama ini kusembunyikan dari dunia. Mereka ingin aku menceritakan pada kedua orangtuaku. Aku tak ingin dan takkkan pernah menjadi ingin.

Aku berfikir akankah mereka mencariku? Belakangan ini kondisiku memang semakin buruk. Aku kembali ke rumah dengan fikir yang melayang. Namun,kini kusadar bahwa tidak ad yang menyadari kepergianku. Entah mengapa dunia begitu tak adil. “kebahagiaan takkan pernah terlamat.”ucap Vino. Entah sampai kapan harus kunanti kebahagiaan itu? Dimanakah kasih sayang yang seharusnya adalah kepunyaanku?

Akhirnya kuputuskan dengan berat hati tuk tinggalkan kediamaanku. Ayah Vino memberitahu bahwa kondisiku semakin hari semakin buruk. Saraf-sarafku mulai tidak bekerja dengan baik. Malam itu kukuatkan sisa-sisa kekuatanku untuk menulis suatu karangan dari rangkaian diariku. Kuselipkan semua itu dalam buku putih bersama dengan sebuah boneka. Aku terbatuk dan mengeluarkan darah. Kuoleskan darah itu berbentuk hati di kertas putih itu. Darah sebagai cat dan jari sebagai kuas.

Vino masuk kamar yang kudiami di rumahnya bersama ayahnya dengan membawa sebuah amplop besar yang kuyakini adalah hasilku. “ada apa?”tanyaku. “buka sendiri aj.”ucap mereka. Aku hanya dapat menangis entah senang/sedih saat membacanya. “Raz,kamu pasti mampu bertahan.”Kubalas ucapannya dengan sebuah gelengan. “ini uda lama aku nanti. Aku sudah siap untuk kembali ke pangkuanNya yang kekal.” Dia dengan cepat mendekap tubuhku. Peluknya begitu hangat kehangatan ketulusan.

“Jangan kamu menangis untukku.”Aku mencoba tenangkan suasana. “Kenapa kamu menyerah?” tanyanya. “Aku lelah dengan perjalanan ini. Aku ingin tertidur dalam mimpi panjang dan takkan bangun kembali.” Malam itu tetesan airmata begitu deras. Aku merasa akan ada ketenangan yang kan kuraih dan takkan terlepas lagi.

“cinta itu memang terkadang tak adil. Mengapa dirimu boleh hadir dihidup ini? Bila tubuh ini tak bisa memilikimu? Dan jiwa ini tak sanggup melepasmu?”ucapnya yang kini membuat tak tahan tuk menangis. Inikah yang di sebut kasih suci? “Cinta tergambar seperti bayangan. Yang tulus justru untuk dkenang bukan untuk dipersatukan.” balasku. “Adilkah ini semua? Setelah kebahagiaan ada di depan mata? Haruskah kini kupergi menginggalkannya?” ucapku. Tak tentu arah yang kan bawaku tersipu dan pergi. “Raz,1pintaku untukmu!Bawalah cinta ini pergi bersama kepergianmu?” ucapnya. “aku tak ingin membawanya? Aku ingin hati itu terisi dengan cinta yang lebih baik.

Malam ini aku begitu takut tuk memejamkan mata. Aku telah sadar bahwa sinar matahari takkan menemukanku lagi. Namun,kuyakini hati dan kupercayakan diri bahwa ini yang kunantikan. Aku segera menutup mata tak peduli akan apa yang akan kutinggalkan setelah mata ini terpejam. Tapi,aku yakin akan ada sesuatu yang hadir. Dalam tangisan kan hadir tawa.



EPILOG!!


Orangtua dari Razkia datang datang menuju rumah Vino. Dan keluaga Vino menceritakan apa yang terjadi. Keluarga Vino sangat terkejut mengetahuin bahwa keluarga Vino tidak mengerti tentang keadaan Razkia. Akhirnya mereka masuk ke kamar yang beberapa bulan terakhir ini ditempati oleh Razkia. Terjatuhlah sebuah box boneka bear dan diari putih dengan sepucuk surat. Di situ terungkap segala tekanan yang slama ini diterima oleh Razkia. Surat itupun langsung mereka baca sambil mengelus darah kering milik Razkia.

Dear my lovely parents.

Entah apa yang membuatku begitu yakin bahwa kalian akan datang kesini. Aku telah memaafkan dan memaklumi segalanya. Walau kematianku datang begitu cepat. Aku harus meninggalkan dunia ini di saat kalian masih pergi dan aku sadar kalian takkan datang di pemakaman. Aku takkan marah,aku telah memaklumi semua itu. Walau aku tak pernah menggapai cinta yang sempurna.. Hanya ada 1pintaku untuk biarkan hanya aku yang mengalami semua ini. Jangan biarkan kisahku dialami oleh yang lain. Aku yang belajar tuk menggantikan setiap sakit dan derita kasih tak sampai ini. Sampaikan seluruh terima kasihku untuk Vino dan keluarga. Kalian selalu ingin Dira menjadi yang terbaik. Aku takkan pernah dapat mengalahkannya bila aku memang tak terlahir dengan normal. Biarkan rasa sakitku menggantikan ketakutan kalian akan kehilangan Dira. Entah apa kalian akan peduli dengan kematianku atau tidak. Yang jelas. Apapun yang terjadi aku mencintai kalian.


Love,


Razkia...”



Akhirnya keluarga mengunjungi tempat kedamaian itu. Menangis haru atas kepergiaan Razkia yang tak disangka. Razkia dimakamkan di Bandung Selatan. Karena ia ingin tempat keabadiaanya beradan di tempat yang sejuk dan tenang. Hanya ada tersisa sebuah nisan di sana. Dan akhirnya mereka pulang dengan mengetahui kebenaran tentang diri Razkia.



.....Kalian takkan pernah sadar kapan kematian itu akan datang dalam hidup. Maka,hargailah orang yang kalian cintai selama ia masih ada. Disaat ia telah tiada,takkan ada lagi yang dapat dilakukan bersamanya...”




~88~

cerpen


RAHASIA SEBUAH CINTA
untuk kebahagiaan yang takkan terlambat


Entah harus senang ataupun sedih. Aku terlahir menjadi pacar dari cowok yang luar biasa keren dan dikagumi di sekolahku.. Hampir semua wanita tak peduli guru ataupun murid slalu membicarakannya. Kebahagiaan itu rasanya tlah memihak padaku dalam 8bulan akhir ini. Setelah kepergian bunda di saat aku masih berusia 8th. Tetapi kejadian itu telah berlalu genap 8tahun silam.. Apakah aku yang tidak mau bersyukur? Rasanya aku merasa adanya kehampaan dan kejenuhan pada hubunganku dengannya. Aku serasa tak memiliki cintanya. Dia lebih memikirkan sahabatnya yang sekaligus kakak tiriku. Tapi aku tak berani tuk memarahinya karna mungkin 1 kesalahan ia memilihku dalam hidupnya.. Malam itu aku tlah membuat janji dengannya tuk pergi dinner jam 8 malam. Tapi ia tak pernah muncul walau hanya dibenakku. Aku terus menunggunya di tengah angin malam. Aku terbangun di ruangan serba birumuda yang kuyakini adalah kamarku. “kamu kemarin ketiduran di teras ampe demam.” kata ibuku. Aku masih cukup sadar tuk menyadari hari ini adalh hari senin dan sekarang waktu tlah menunjukan pkl 08.28. Yang berarti aku bolos sekolah. Seharusnya sekarang aku sedang bercerita dengan sahabatku tentang kencan pertamaku. Theo masuk rumah dengan kusam bersama Thayren. Aku yang mendengar suara itu langsung berbaring tidur. Aku yakin mereka sedang bertengkar dan sekarang ada di kamarku, “Ren,maaf.”katanya. Aku berpura pura tidur. Dia membatalkan janji sepihak dan hanya berkata maaf? “ngapain nungguin sich? Bikin repot.” lanjutnya. Sungguh menyedikan menjadiku pacarku menyalahkanku atas kesalahannya. Sekarang aku mulai terisak dan kurasa ia menyadari kebohonganku. Waktu berjalan cepat. Aku sudah lama sekali tak bicara padanya. Tapi ia tak menunjukan sikap peduli sedikitpun. Rasanya ia memang tak pernah menyayangiku. Akhirnya dengan berat hati aku memaafkannya dan segera bermain dengannya juga Theo di rumahku. Theo sengaja meninggalkan kami berdua. AKU melihat bukunya yang berceceran dan langsung melihat buku Harry Potter. Aku langsung mengambilnya.”pinjam yach” ucapku. Tapi ia hanya mengangguk. Apa yang kutemukan dalam bukunya ini? Aku menemukan fotokuyn dan dirinya dengan sangat mesra. BUKAN AKU!! seseorang yang mirip denganku. Sekarang aku yakin ada yang tidak beres dengan foto ini. “ini siapa?” tanyaku.”bukan urusanmu” ucapnya sambil membanting pintu dengan begitu keras dan membuatku takut. Hatiku pecah bagai kaca dan aku sangat ingin menangis sekarang. “Itu Cattleya” ucapnya dengan muka yang berarti minta maaf. Aku hanya memejamkan mata hingga fajar datang kembali esok harinya. Wanita di dalam foto itu terus berkecamuk dalam hati dan pikiranku cukup lama. Kami pasangan membosankan. Itulah yang diucapkan semua orang padaku. Mungkin benar aku takkan bersamanya. Mana mungkin seekor kupu-kupu mau dengan ulat bulu.Tapi mengapa setiap bibir tipisnya tersenyum membuatku selalu ingin bersamanya tak pedulin yang lain. Theo pasti belum mengetahui tentang Cattleya karena ia masih adem ayem ama Thayren. Aku masuk ke kamarnya. “The, tau tentang Cattleya?” tanyaku. Dia malah batuk dan berkata setelah 10 detik kmudian “akhirnya,sudah waktunya kamu tau. Dia sahabat kita dulu. Tapi perasaan itu berubah bagi Thayren dan Cattleya. Setelah mereka menyadari perasaan mereka justru mereka harus menerima kepahitan bahwa Cattleya di vonis kena kanker dan waktunya takkan lebih dari 8 bulan. Tetapi bagi mereka orang sakit boleh menikmati cinta. Dan 5 bulan kemudian kami tak pernah melihatnya lagi. Semua orang berkata ia meninggal.” Hancurlah aku. Diriku tak mungkin bersaing dengan seseorang yang tak sehat bahkan sudah tiada.Aku sekarang sangat yakin. Dia mencintai Cattleya dan akan slalu mencintainya. Dia mencintai wajah kami yang mirip. Aku tlah mengerti akan semua sikapnya yang dingin slama ini padaku. Setelah itu aku slalu berusaha tuk menghindarinya. Untuk menambah kesibukanku dan menghindarinya. Aku masuk kelas tambahan kelas satra. Malam itu setelah aku pulang kelas sastra. Aku melihatnya keluar dari bangunan serba putih penuh misteri.Di sanalah aku menjadi mengerti. Aku terpaku dan membeku mengetahui apa yang ada di sini. Perihal yang membuatku menjadi sangat melankolis untuk waktu yang cukup lama. Thayren menemukanku di kursi taman. Menyadari kedatangannya aku langsung membuka pembicaraan “Cattleya masih hidup?” “maksudnya? Tau darimana? Kamu kenapa sich?”ucapnya. “Theo, tapi dia bilang Cattleya uda....” ucapku yang langsung dipotong. “mati”potongnya melanjutkan kata-kataku. “Ren,aku akan jelasin semuanya. Semua orang mengetahui dia sudah mati tapi ternyata? Dia terus berjuang untukku.” “kembalilah untuknya. Dia lebih butuhin kamu.” ucapku sambil meninggalkan dirinya dengan jutaan kantong airmata. Thayren dan Theo merawatnya dan sering membawanya ke kediaman keluargaku. Dia duduk di sebuah kursi roda. Thayren mentapnya penuh cinta yang tak pernah kudapatkan darinya. Aku diajaknya bermain. Aku mau demi Cattleya, aku tak mau dia mengetahui apa yang tak seharusnya dia ketahui. Walaupun bongkahan kepedihan mengikutiku saat bermain. Bahkan Thayren tak pernah melihatku di saatku terjatuh sekalipun. Namun, Tuhan memang begitu adil. Di saatku sedang down. Aku mendapatkan kabar bahwa aku mendapat hadiah untuk mendalami talentaku di Canada. Ini semua karena hasil karyaku di kelas sastra yang di anggap luar biasa. Di balik dilema ini aku rasa Tuhan sediakan yang terbaik untukku. Aku berfikir di sana akan lebih mudah melupakan semua kepahitan di sini. Aku pergi ke San Diego Hills. Aku menatap batu nisan dan merasa seperti bunda membelaiku. Tempat ini masih sangat terurus seperti sebelumnya. Aku merasa seperti bertemu bunda. Di situ aku merasakan kehangatan yang sudah lama tak kudapatkan darinya. Aku melihat wajah cantiknya yang mendekapku dengan cintanya yang dasyat sampai ke dalam hatiku yang pahit. Aku terbangun di kamarku. Entah apa yang terjadi. Rasanya aku ada bersama bunda malah terbangun di sini. “kamu ketiduran di makam. Kakak khawatir mencarimu sampai pagi tau ga?” kata Theo. Aku tau kemarin bukan mimpi. “Kok bisa ketiduran sich?” tanya Thayren. “bukan urusanmu. Lagian apa pedulimu? Aku mimpi ketemu bunda. Mau nyusul kali.” kataku ketus. “ngomong apa sich kamu?” lanjutnya. Aku hanya melanjutkan tidurku tak mempedulikannya. Secara diam-diam aku mengurus segala keperluanku ke Canada dengan uang warisan kakek dari bunda yang diberikan kepadaku seutuhnya. Tinggal 8 hari lagi aku akan berangkat. Akhirnya pada saat makan malam aku memberi tahu seluruh keluargaku. “Ayah,ibu,Theo 8 hari lagi aku akan ke Canada.”ucapku yang membuat mereka jadi batuk dan tersedak. “Maksud kamu?”tanya ibu. “Seperti yang tadi aku bilang aku akan ke Canada.”jelasku. “kok bisa? Kapan kamu urus? Kok kita ga tau?” sekarang gabtian ayah yang berkata. “Dari beasiswa sekolah dan kebutuhanku tlah siap dari uang warisan.” ucapku. Mereka tak memberi komentar yang berarti mereka setuju. Entah kenapa hari ini Thayren datang tanpa Cattleya di sisinya. “Theo ga ada.” ucapku. “aku nyari kamu.” “napa?” “Ren,kamu harus dengerin! Aku ama Cattleya cuma....” “STOP!! I don't care.” potongku tak ingin terluka. “Besok aku mau dinner ama kamu gantiin yang waktu itu”. Kurasa sudah waktunya ia mengetahuinya. Sebentar lagi aku akan lepas landas ke Canada. Lagian karyaku juga takkan mungkin ada tanpanya. Kebebasan mencintai karyaku memang ada karenanya. Andai ini dulu pasti akan kuabadikan. Akhirnya ia mengajakku kencan. “Ga bisa. Tapi thanks ajakannya.” ucapku. “Kenapa kamu ngejauhin aku sich?” Andai pertanyaan itu ia katakan dulu betapa bahagiannya aku mengetahui kepeduliaannya padaku. “Aku beneran ga bisa. Aku harus ke Canada.”kataku. “Pokoknya besok aku akan nungguin kamu.” ucapnya yang langsung berdiri meninggalkanku. Aku sedang bersiap-siap.”yakin” ucap seseorang di balik pintu. Aku mengangguk tanpa menengok ke arah Theo. “Karena cintamu pada Thayren kan?” tanyanya. Aku menggeleng. Bila dia terus memancingku aku bisa tak jadi berangkat karenanya. “Sini aku bawain tasnya.”Theo mengangkat tasku sampai ke mobil. Di saat aku mau menaiki mobil aku melihat sesosok orang di dalam mobil yang sangat kukenali. “Mau kemana?kok bawa banyak bawaan?” tanyanya. “Canada.” jawabku singkat. “Dia belom kamu kasih tau?” tanya Theo. Aku mengangguk. “Jadi kamu tuch serius.” tanyanya. “delapan rius.”jawabku kembali. Dia mengemggam tanganku begitu hangat. Genggaman yang tak pernah kudapatkan selain dari bunda. “Kenapa kamu ga bilang?” “udah kok” jawabku sambil melepas genggaman yang sejujurnya tak ingin kulepas seumur hidupku. Darahnya mengalir begitu lembut. Aku menaiki mobil meninggalkan mereka semua tanpa setitikpun airmata yang sebenarnya ingin kukeluarkan. Aku duduk terpaku di mobil sedan milikku yang sedang melaju dengan kecepatan normal. “tiket pesawat.”ucapku sambil mengorek-ngorek tas. Justru aku menemukan sebuah amplop yang kuyakini ulah Theo. Aku membuka dan membacanya.

“ To : Renata Radisthy.
Ren,aku memang pengecut dan tak berani mengatakan apa yang seharusnya kukatakan. Aku minta maaf oleh karena itu. Aku selalu membuatmu terluka dan menangis. Aku menyamakan dirimu dan Cattleya. Padahal kalian sangatlah berbeda. Takkan pernah sama. Tetapi aku salah. Kalian sama-sama unik. Sama-sama berarti di hidupku. Awalnya,,aku merasa diberikan kesempatan untuk ke-2x nya untuk mencintai Cattleya dalam hidupku. Tapi,kamu harus tau. Cattleya adalah bagian masalaluku dan dirimulah masadepanku. Aku takut kamu akan ninggalin aku seperti Cattleya. Itu yang membuatku begitu menjaga kadar cintaku padamu. Akupun sangat bingung saat Cattleya tiba-tiba muncul kembali di kehidupanku. Aku merasa punya tanggung jawab untuk menjaganya,karena ia berjuang demi diriku,demi cintanya padaku. Tapi,ia datang bukan untuk mengambilku darimu, justru untuk menyerahkanku padamu. Dia telah melawan ketakutanku. Dia beristirahat tenang untuk ketenangan cinta kita. Aku tau aku telah menyia-nyiakan 2 orang yang sangat kucintai selama ini. Aku akan selalu mencintai dia di dalam hatiku. Dan juga mencintaimu di dalam hidupku. Aku ingin melihat senyumanmu saat bersamaku bukan tangisanmu didekatku. Aku ingin menjagamu tak pedulu panas ataupun hujan bahkan saat aku dalam keadaan sulit. Aku merasa sakit dan begitu terluka saat kau menjauhiku,menahan tangis karenaku. Mungkin aku memang terlahir tanpa kelebihan membahagiakan orang yang kucintai dengan cara yang kamu idamkan. Kamu akan selalu ada di hidupku unuk kucintai. Seperti dirinya yang takkan mati dihatiku. Ia memberikan pesan terakhirnya padaku. “ Orang yang kita cintai takkan pernah mati karena ia akan slalu hidup di hati” Biarlah dia tinggal di hatiku untuk kita. Aku kan mencintaimu dan mencintainya untuk selamanya.
~ Thayren Ardhinata ~”

Tak kusangka,dirinya bisa membuat kata-kata yang membuat derasan airmata mengucur dari sang penglihatan. Aku yakin surat ini tak untuk diberikan kepadaku. Aku yakin ini bagian sobekan dari buku matematika milik Thayren yang diambil oleh Theo.. Dan ia sengaja selipkan untukku. Karena Theo tau Thayren takkan sanggup mengatakan ini padaku secara langsung “non,kita pulang?” tanya sopirku. Aku mengangguk. Aku sudah mengurungkan niatku. Aku tak ingin pergi untuk waktu sekarang. Mobilku kembali melekas pulang dan berhenti tepat di rumahku. Ternyata Thayren belum beranjak pergi dari rumahku. Entah apa yang sedang ia bicarakan dengan keluargaku. Aku segera turun dari mobil. Muka semua orang menampilkan ekspresi kaget yang luar biasa. “cuma ngambil yang ketinggalan.”jelasku. Aku yakin ayahlah yang sekarang sangat kecewa. Thayren menarikku dengan sedikit kasar ke taman rumahku. “Ren,kamu mau bunuh aku yach? Kenapa kamu pergi setelah aku sadar aku sayang ama kamu. Kenapa semua orang yang berarti di hidupku harus ninggalin aku?” ucapnya sambil meneteskan airmata yang tak ingin kulihat. “karenamu. Kalo kamu sayang. Kenapa kamu ga pernah mencoba untuk memperjuangkan aku sedikitpun? Memperjuangkan cinta kita?”ucapku yang membuatnya hanya tertunduk. Aku mengeluarkan sobekan buku matematikanya.”liat!”ucapku sambil menunjukan kertas itu. “Kamu kok bisa.....?” ucapnya terbatah-batah. “dariku”sambung Theo seperti petir. “kurang ajar”ucapnya sambil tertawa. “Aku menunda keberangkatanku bukan tidak jadi.”jelasku pada semua orang yang hadir di taman. Mereka semua tersenyum karena itu. Malam itu tak kusangka,akhirnya aku dinner di sebuah hotel berbintang 5 di ibukota bersamanya. Tak ada kata romantis dalam kamus Thayren. Thayren memang ditakdirkan untuk menjadi cowok yang tidak romantis. Tapi untuk menunjukan bahagianya mencintai dan dicintai. “selamat atas karyamu y.”ucapnya. “kadonya?”pintaku setengah bercanda. Saat pagi hari, kami berangkat menuju makam milik Cattleya. Kami berdoa untuk kedamaiannya. Dan ucapan terima kasih atas pengorbanannya untuk kami. Dan cinta mereka yang takkan mati. Kurasa telah tiba waktuku berangkat. Negri yang jauh di sebrang tapi tak membuat cinta kami jauh. Semuanya akan menyusulku setelah semuanya siap. Aku telah memberi rumah yang cukup besar untuk keluargaku dan keluarganya. Aku juga sudah mendapat pekerjaan tetap stelah belajar dan berhasil. Aku terus mengembangkan talentaku juga dan membuat hasil-hasil sastra untuk orang-orang yang kusayangi. Mereka semua mengantarku ke Bandara. Tiba-tiba Thayren berbisik di telingaku. “ sebelum kamu pergi aku mau ngasih ini.” ucapnya sambil menunjukan sebuah kalung. “Kamu maukan jadi pacarku lagi?”tanyanya. Dan saat itu aku baru ingat bahwa aku slama ini masih putus dengannya. Aku menggeleng yakin dan berkata.”mau cari cowok yang lebih keren di sono!.” Sudah sampai batas pengantaran. Aku mencium pipinya dan mengangguk. Dia pasti mengerti maksudku dengan pasti. Dan aku sekarang begitu yakin akan cintanya yang telah tertulis bahkan sebelum dunia dijadikan. Aku masuk mengurus yang harus ku urus dan berangkat, Kami berhubungan melalui email,hand phone,chatting,dll.. Akupun takkan pernah melarang Thayren tuk slalu mencintai Cattleya. Karena tanpa Cattleya belum tentu kami bersatu. Aku tersenyum begitu lepas yang tak pernah kulakukan sebalumnya setelah kematian bunda. Dan sekarang waktuku belajar sambil menunggu mereka datang ke sini untuk menyusulku.


“ .....Kita bisa memiliki cintanya,hatinya,raganya dan sgala yang ada padanya saat kita saling mencinta. Tapi rahasia sebuah kehidupan akan slalu ada. Karena kita takkan pernah memiliki jalan hidupnya........ ”




~ 88 ~

hhe..

ABOUT ME...


Aku hanyalah gadis yang sedang bertumbuh.

Aku adalah seorang yang sedang belajar mencari jatidiriku.

Aku hanyalah seorang yang lahir tanpa apapun.

Namun,aku telah membawa 1hal yang harus kukerjakan di dunia fana ini.

Saat aku kan kembali kan ku tanggung sgala yang terjadi di hidupku.

Aku memang bukan orang yang sempurna.

Aku memiliki kelebihan serta kekurangan.

Aku tetaplah diriku ini.

Dengan segala apa yang ada di hidup ini.

Aku tidaklah dapat mengucapkan 1001 bahasa.

Aku tidaklah dapat melihat 1001 bintang.

Aku tidaklah dapat memainkan 1001 nada.

Aku tidaklah dapat mengukir 1001 warna.

Yang dapat kulakukan hanyalah membahagiakan dunia.

Aku ingin aku ada sebagai seseorang.

Aku ingin tertidur lelap dengan mimpi yang enggan pergi.

Aku memiliki jutaan hal yang ingin kuraih.

Aku hanya dapat mencoba dan mencoba.

Di saat usaha telah kumaksimalkan.

Tidak ada dihadapanku yang sia-sia.

Aku yang dulu tidaklah berarti.

Kini diubahkan menjadi seseorang yang ada.

Aku ini unik dan penting,sbab penciptaku yang membuat dengan tanganNya.

Aku bukanlah seorang yang sempurna di mata dunia.

Banyak perkara yang sering terjadi dalam hidupku.

Namun dari situlah aku belajar.

Sebab pengalaman adalah ilmu yang paling berharga.

Hanya 1 yang ingin kukatakan pada dunia.

Bahwa aku ada sebagai diriku.

Sebagaimana dunia ada untukku.






Created By :

Brigitta Camellia Intan Widyanti

Here I'm

Hari ini hari jumat,aku bangun jam 2siang.. wkwk.. menatap cahaya yg begitu terang dari sela jendela. memupuk rasa tlah waktunya aku untuk terbangun..lol. aku bangun dgn rasa letih yg tak brakhir,entah mngapa tubuh ini sedang tak ingin beranjak dari tmpatnya kni. untung ad xtra yg gong" oleh sbab itu dgn kyakinan pnuh,aku terbangun-lngsng nyalain laptop.akak^.^
hari yg melelahkan dan harus menantikan besok pngumuman klulusan. slaen memikirkan itu. sejujurnya ada hal laen yg jauh lebih mengganggu pikiranku. huff>.<
aku t cuma bisa nulis puisi,karangan,dll. jdi maklum.dripada bocen aku nulis puisi dblog.
my blog speaks my world.

aku yg ada di sini.
aku bgaikan angin.
berhembus tnpa terpandang.
namun dapat dirasakan khadirannya.

bila aku luluh dalam sbuah permainan.
sebuah permainan yg menghantuiku.
sebuah permainan yg blum dapat kuselesaikan.
rasa yg menjaeratku mempertahankan kaki.

kaki ini tak sanggup lge melangkah
bila untuk menopang diri saja sudah tidak mampu.
huff! aku lelah dan letih tak bersyarat.
aku ingin merebahkan diri dan tertidur tenang.