Kamis, 18 Juni 2009

Menerjemahkan deraan rasa


dari notes gw d FB.

ada suatu seruan dan teriakan
seakan terdengar jerit tangis dari langit
malam ini purnama hadir di pekatnya malam
memupuk dini cahaya di tengah kegelapan
bintang tiada lagi terlihat dan bersinar cerah
seberkas demi seberkas kilap yang kini pergi menjauh
tiada bisikan selain dari jenuhnya diri
yang rindu akan sebuah keindahan tuk hangatkan jiwa
dan beribu rasa bagi sang jiwa yang kini meratapi kesendirian
tiada yang dapat kupahami dengan pasti

ada suatu rasa yang terenggut dan membawa semua asa

sebuah telapak tangan yang seakan terbuka menantiku

walau tersirat rahasia tuk menorehkan luka pada jiwa nan sepi

sempat terngiang takkan kumiliki lagi sebuah rasa

dengan sebuah buaian yang bawaku tuk terlena lagi

namun tiada suatu yang pasti
yang tertuai mutlak
di saat dalam jiwa yang mencinta
tuk sadarkan bahwa ketulusan tiada menuntut dan selalu berkorban kini
t'lah kumiliki ukiran cinta
yang isi hariku lagi
satu pemahaman yang mendekap sebagian kebenaran

namun kutahu cinta yang kumiliki dulu
dengan lukanya
akan ada tuk jadi pengalaman dari bagian kenanganku sebuah kerlip yang tiada pudar meski waktu beriring
suatu rasa yang akan kukenang selamanya dihidupku ini

sebuah panah tertancap tepat pada sebuah hati yang saat itu lengah
bawaku melayang dan kini aku letih tak bersyarat
dan aku ingin tertidur.


kisah tentang anak manusia yang terjebak dalam sebuah kisah dan kini terpenjara di dalamnya. setelah rasa itu terlalu dalam. anak manusia itu baru sadar bhwa mereka ad di dunia,waktu,keadaan yang berbeda.

di saat keadaan memaksa diri tuk kmbali jalani kehidupan yang sesungguhnya. kini mereka harus menyeka airmata seorang diri.terbaring tuk merebahkan diri sbab tiada jalan lain,perlahan ini harus dipahami.mendengar bisikan di dalam airmata.



Brigitta Camellia Intan Widyanti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar