Selasa, 30 Juni 2009

between us


Kamu tahu apa yang kini mendera pemahamanku.
Aku tak lagi dapat menulis kata" indah bak sang penulis.

Aku yang kini hanya merapatkan diri,

dan betengger pada satu ranting yang menopangku.
Aku melihat bulan dengan pudar
sebuah sinar kuning yang pucat pasi

aku melihat sebagian pekat menutupnya

awan kelam mendekap sinar keemasannya

Tak berani berjalan dengan mata terbuka
Aku sadar satu asa yang kini milikku
Setelah jarum pasir habis

aku harus melepasnyaaaa jauuuu..

Menghempaskan dia dari fikirku.

Sudah cukup rasanya tersakiti

Tak perlu lagi bertahan di tengah dunia

Yang hanya membawa luka" pada jiwa nan sepi.
Setelah malam ini berlalu,

tiada lagi ukiran ukiran diantara kita
relung hati itu sudah tak menerimanya

menganggap segalanya telah mati.

Diriku dan dirinya,
kini ada dan terbentang
dalam pemisah
sebuah bentang dunia
berada di perbatasan cakrawala.
Aku berjalan menapaki sang air,

dari sebuah perbatasan di antara tumpukan terumbu.

Dia berjalan membelakangiku menuju daratan,

ke tempat yang di sebut dataran.

Bentangan dan jurang yang begitu jauh

membuat sebuah jembatan yang kini hancur

melepas sebuah relasi yang telah terpahat

mengendapkan sebuah rasa pedih tak terucap.

Ucapan lirih yang masih terngiang,
menyisahkan 2hati yang kini luluh,

dan jangan bicara lge tentang masalalu,
karena kini kita telah berada di 2dunia.





Dahulu aku yang berjalan dalam mimpi
berharap aku tak akan pernah terbangun
mengambil 1 langkah
dan tak ingin membuang waktu

mengikuti sang dunia bawah sadar
akan sebuah harapan yang kini terserak

menyisahkan hati yang terpecah.

Tak pernah berhenti pada 1 goal di depan sana
hanya untuk melihat sang dunia dari atas langit
memandang sang perhiasan yang menghiasai malam.
Aku hanya ingin melihat
apa yang telah kita lalui,
dan apa yang bisa kita lakukan
untuk mengikuti sebuah mimpi di hadapan kita.



Brigitta Camellia Tan

2 komentar: